Sabtu, 22 Juni 2013

ANAK-ANAK TERPINGGIRKAN

Ditengah maraknya sekolah bertaraf nasional dan internasional berlomba mengeruk keuntungan dengan biaya pendidikan selangit, justru sekolah master membuktikan bahwa untuk bersaing di tingkat dunia, tak selalu dengan modal yang kuat dan besar.
pagi itu, hujan mengguyur kawasan depok. seorang anak laki-laki menghampiri seorang wanita yang baru turun dari angkot. sebut saja anak laki-laki itu dani. ia menadahkan tanganya kepada wanita itu sambil berseru, mbak kasihan mbak buat makan. namun wanita itu cuek dan langsung berlalu begitu saja. ketika saya dekati dan bertanyak, kenapa dia tak bersekolah, ia hanya melempar senyuman malu,namun akhirnya ia berucap,sekolah kok, nanti jamdelapan , itu sekolahnya( sambil menunjuk ke arah masjid yang berada di lingkungan terminal depok.


yup, dani adalah satu dari ribuan siswa yang tercatat bersekolah di master,kegiatan yang di lakukanya sehari-hari merupakan aktifitas yang di lakukan mayoritas siswa master.mereka mencari uang sambil sekolah. apalagi saat hujan tiba ,kegiatan belajar akan bubar.hujan adalah waktunya mencari uang.ojek payung, semir sepatu, sampai mengemis seperti yang di lakukan dani.

ahhh siapa sangka dalam kesibukan dan kebisinganya, terdapat oasis ilmu pengetahuan di sudut terminal depok. sekolah master bukan berarti pendidikan strata dua, melainkan singkatan dari masjid terminal. nama masjid terminal itu adalah masjid AI muttaslien. sekolah yang didirikan sejak tahun 2003 ini,mulanya di peruntukkan bagi anak putus sekolah karena himpitan ekonomi. namun saat ini hampir seluruh lapisan masyarakat di depok dan sekitarnya tahu
sekolah master.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar